Kalimat ini sangat singkat dan sederhana. Dalam beberapa minit saja, InshaAllah kita boleh menghafalnya. Namun ternyata kalimat ini sangat agung dan amat sangat dahsyat.
Ayat dan kalimah Agung ini juga begitu besar buat diriku, di kala diriku diberikan tugasan yang bertimpa-timpa, dalam kesusahan, hanya zikir ini yang ku lafazkan.
Allah yang Maha Pengasih & Maha Penyayang sesungguhNya rahmatMu amatlah luas, Alhamdulillah ilham dan panduan darimu Ya Allah sentiasa hadir membimbing hambamu yang kerdil ini. Lafaz zikir ini yang kubaca ketika memandu kenderaan ke pejabat, ketika ilham dalam melaksanakan tugasku buntu dan setiap masa dalam apa jua keadaan... Kerana bila kita meletakkan sepenuhnya kepada Allah, sebak yang tidak dapat kugambarkan terjadi pada ini.
Tawakal sepenuhnya kepadaNya...
Sesungguhnya muslimin & muslimat, amalkanlah zikir ini setiap waktu, anda dapat merasa keajaibannya...InsyaAllah...
Hanya padaMu ya Allah, Cukuplah Allah yang membantuku, Maha Pelindung, Maha Menolong...
Terima Kasih Ya Allah...
Di sini ingin ku titipkan kisah dari kisah Nabi & Rasulullah saw semasa hayat mereka...
Pertama, kalimat ini merupakan kalaamullah.
Bahagian dari ayat Allah dalam QS Ali Imran: 173.
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل (173)
Kerana ia kalaamullah, maka ia mengandung segala kemulian, keagungan dan mukjizat sebagaimana ayat-ayat Allah yang lain.
Kedua, kalimat inilah yang dibaca oleh Nabi Ibrahim saat terbang dilempar oleh raja Namrudz yang kafir, ke dalam api besar yang telah disediakan untuk membakarnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Muktamar bin Sulaiman At Taimy, dari sebahagian sahabatnya, dia telah berkata: “Jibril datang kepada Ibrahim saat terikat menjelang dilempar ke api yang besar dan berkata: “Wahai jibril, apakah kamu perlu bantuan?”.
Nabi Ibrahim menjawab: “Adapun kepadamu, aku tidak perlukan bantuan…”. Lalu dia dilempar ke dalam api yang besr tersebut. Nabi Ibrahim mengucapkan HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL, dan selamat dia di dalam api tersebut, tak luka sedikitpun. Bahkan api itu (dengan izin Allah) berubah menjadi dingin dan kesalamatan bagi Nabi Ibrahim.
(kitab Fathul Qadir)
Ketiga, kalimat ini juga yang telah di baca oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya, ketika Beliau dan mereka dalam keadaan terluka setelah perang uhud. Mereka selamat sampai ke madinah dari kejaran kafir qureisy. Lalu ada berita yang datang yang menakut-nakuti Beliau bahwa pasukan quraisy lengkap dengan segala kekuatannya, telah berkumpul dan siap akan menyerang mereka.
Maka Rasulullah mengucapkan “HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL” bersama para sahabat. Bahkan Rasulullah mengumpulkan semua pasukan yang terluka itu. Lalu balik menyerang kafir qureisy. Mengejar mereka sampai ke badar dan hamra’ul asad. Akhirnya mereka tak menemukan pasukan qureisy yang telah lebih dahulu lari ke Makkah karena takut akan dikalahkan oleh pasukan Rasulullah.
(Dalam kitab Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabary, dan dalam hadits shahih Bukahri)
Keempat, kalimat ini pulalah yang diucapkan oleh ‘Aisyah, isteri Rasulullah saw, saat beliau tertinggal dari rombongan Rasulullah sepulang dari peperangan bani Musthaliq. Beliau tercicir dan dibwa pulang oleh Shafwan bin Mu’aththal ke madinah.
Peristiwa itu menjadi fitnah besar di Madinah. Ibnu Jarir Ath Thabari meriwayatkan bahwa Zainab ra dan ‘Aisyah ra saling membanggakan kemulian mereka. Zainab berkata: “Akulah yang pernikahannya (dengan Rasulullah) langsung dari langit (perintahnya)”. ‘Aisyah ra menimpali: “Akulah yang pembersihan nama baikku turun di dalam Al Quran, ketika aku dibawa oleh Ibnu Mu’aththal menunggang onta”. Zainab ra bertanya: “Wahai ‘Aisyah, apakah kalimat yang kamu ucapkan saat naik onta tersebut?”. ‘Aisyah ra menjawab: “HASBIYALLAHU WA NI’MAL WAKIL”. Maka selamatlah ‘Aisyah ra dari fitnah besar yang sangat buruk tersebut.
Kelima, kalimat ini pula yang diucapkan oleh panglima perang Sa’ad bin Abi Waqqas, ketika akan menyeberang sungai Dijlah hendak menyerang dan merebut Persia. Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitabnya yang terkenal Al Bidaayah wan Nihaayah:
“Ketika pasukan kaum muslimin di bawah pimpinan sahabat yang mulia Sa’ad bin Abi Waqqas hendak menyerang Persia, mereka berhadapan dengan sungai Dijlah. Dan semua pasukan belum pernah selama ini bertemu dengan sungai. Maka Sa’ad bin Abi Waqqas mengajak dan memerintahkan pasukannya masuk ke sungai untuk menyeberang ke Persia.
Beliau perintahkan pasukannya ketika akan masuk ke air sungai untuk mengucapkan:
“Nasta’inu billah, wa natawakkalu ‘alaih, HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL, wa laa haula wa laa quwwata illa billahil Aliyyil ‘Azhim”
(Kepada Allah kita minta tolong, dan kepadanya kita bertawakkal, cukuplah Allah bagi kita sebagai sebaik-baik pelindung, tiada daya dan upaya melainkan bersama Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Besar).
Maka masuklah mereka ke dalam sungai semuanya. Tidak satupun yang tertinggal atau mundur. Mereka berjalan seolah-olah di atas tanah. Seluruh permukaan air penuh dengan kuda dan pasukan. Sampai-sampai air sungai dijlah tak terlihat lagi. Mereka berbicara di atas permukaan air bagaikan berbicara di atas tanah.
Yang demikian itu kerana mereka sangat nyaman dan tenang serta yakin dengan pertolongan Allah. Dan kerana panglima perang mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqas, salah seorang dari 10 sahabat yang dijamin masuk syurga. Tak satupun diantara pasukan itu yang tenggelam, kecuali seorang lelaki yang bernama Ghardaqah Al Bariqi, kerana terlepas dari kudanya. Tapi kemudian diselamatkan oleh Qa’qa’ bin Amr.
Keenam, kerana kalimat inilah yang diajarkan Rasulullah saw untuk menghadapi segala peristiwa dan bencana besar seperti hari kiamat.
Diriwayatkan oleh Abu sa’id, Rasulullah saw telah bersabda: “Bagaimana engkau akan bersenang-senang, sementara Malaikat peniup sangkakala telah memasukkan sangkakala ke mulutnya, dan telah siap mendengar izin bila diperintah untuk meniupnya (bila-bila masa saja)”. Maka hal itu mebuat risau para sahabat Rasulullah. Maka Beliau memerintahkan mereka: “Bacalah HASBUNALLAHU WA NI’MAL WAKIL, ‘alallahi tawakkalnaa”.
(HR Tirmidzi, di shahihkan oleh Albany)
Itulah diantara keagungan kalimat ini yang merupakan ekspresi dari pengakuan seorang hamba akan kekuasaan Allah yang mutlak, sekaligus penyerahan sepenuhnya segala urusan kepada Allah SWT.
Sehingga kemudian Allah SWT memberikan bantuan, pertolongan, kemudahan, jalan keluar, penyelesaian dan lain sebagainya, yang tidak terduga, tidak disangka-sangka, (kadang) tidak rasional bagi hamba-hambaNya yang mengucapkan kalimat ini dengan penuh Iman dan tawakkal kepadaNya, dalam menghadapai berbagai ujian, cubaan, fitnah dan konspirasi.
Wallahu A’laa wa A’lam bishshawab.
Precious Insyirah.
Mencari keredhaan Allah...
23 Jamadilakhir 1435H